Harga pangan per 4 Juni 2020. (foto: Suarakalbar.co.id) |
"CRM dalam wadah peti kayu berkapasitas 30 kg tersebut diangkut dalam truk fuso dan langsung dibawa ke depo ekspedisinya di kampung kapur," ujar Munsif, Kepala Dinas Perhewanan dan Peternakan Kalbar.
Menurutnya cabe rawit yang datang selanjutnya akan dilansir ke mobil pickup untuk didistribusikan ke pasar Flamboyan dan pasar-pasar lainnya di kota Pontianak dan kawasan lainnya.
Munsif mengatakan ini merupakan inisiatif Pemprov Kalbar melalui Dinas Pangan Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPPKH) untuk menjalankan fungsi stabilitas pasokan dan harga pangan strategi,salah satunya adalah CRM.
"Untuk misi tersebut, DPPKH telah meminta Perusda Aneka Usaha untuk mengambil peran tersebut secara bisnis,Dinas membantu Perusda dipertemukan dengan mitra bisnisnya yaitu produsen/pemasok CRM di Jawa dan menjalin kerjasama bisnis," bebernya.
Di kota Pontianak dan area Kalbar lainnya, Perusda dorong membangun kerjasama dengan para pedagang lama CRM di pasar Flamboyan dan pasar-pasar lainnya di kabupaten atau kota. Untuk penyaluran CRM tersebut bisa dijual di lapak-lapak para pengecer dengan harga yang dinas tentukan.
"Harapan kami karena sudah diberikan subsidi angkutan CRM asal Tuban tersebut,di jual ke pengecer 20 s.d 23 rb/kg dan untuk luar Pontianak maksimal 25 rb/kg," tegas Kadiswanak.
Menurut data sampai 4 Juni 2020, alasan Diswanak memasok CRM dari Tuban dikarenakan pergerakan harga Cabe Rawit Merah terus bergejolak, dan sebelum lebaran hingga hari ini kisaran harga jual mulai dari Rp.40.000 hingga Rp.75.000 di berbagai daerah di Kalbar.
"CRM hanya akan kita pasok dari luar Kalbar apabila panel harga CRM terdeteksi mahal (diatas 40 ribu per kg). Harga mahal mengindikasikan pasokan pada hari itu jurang dibanding permintaan konsumen," ungkapnya.
Kemudian Munsif memprediksi pasokan cabe di sepanjang Juni ini hanya surplus di Sintang, Mempawah, dan Kabupaten Kayong Utara. Namun karena CRM tidak bisa disimpan lama,maka panel harga dari kurva harga pangan melonjak terutama di Pontianak, Singkawang,dan Sintang.
"Makin jauh dari garis horizontal (harga acuan pemerintah), maka indikasinya harga semakin mahal di kota tersebut," urainya.
Munsif mengapresiasi Kepala DPPKH Kalbar kepada Badan Ketahanan Pangan cq Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Kementan RI, yang telah memberikan dukungan dan memfasilitasi dalam wujud membantu menghubungkan Perusda dengan mitra supliernya di Jawa atau Jakarta.
"Serta utamanya memberikan subsidi dalam bentuk menanggung biaya angkutan dari produsen di Tuan hingga diterima Perusda di Pontianak," pungkasnya.
Sumber: Suarakalbar.co.id