Warga Prancis rayakan festival musik tahunan. (foto: Suara.com) |
Menyadur BBC, orang-orang dengan tanpa menggunakan masker, tumpah ruah dan menari di sejumlah ruas jalan guna merayakan Fete de la Musique atau pesta musik.
Perayaan yang terjadi di sejumlah kawasan seperti Canal Saint Martin, Marais, hingga Les Invelides ini telah mengabaikan aturan pemerintah yang terkait larangan pertemuan publik lebih dari 10 orang.
Polisi Les Invalides bahkan harus melancarkan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa. Sementara di Paris, tujuh orang ditangkap.
Bentrokan juga terjadi di Nantes, di tengah demonstrasi yang dilakukan untuk mengenang Steve Maia Canico, pria berusia 24 tahun yang meninggal usai tenggelam di sungai saat festival musik tahun lalu.
Ribuan demonstran yang berbaris di jalanan kota akhirnya terlibat bentrok dengan petugas kepolisian.
Pertemuan massal ini menuai kritikan publik. Di media sosial, beberapa menyebut perayaan ini dapat memicu adanya lonjakan infeksi virus corona.
"Aku mengerti bahwa Fete de la Musique adalah bebas tapi bisakah kita menghindarinya tahun ini? cuit Gilbert Deray, dokter Rumah Sakit La Pitie-Salpetriere Paris. Ia menyebut perayaan dapat menjadi bencana jika epidemi kembali muncul.
Prancis sejauh ini masih menerapkan aturan jaga jarak sejauh 1m, pemakaian masker saat menaiki transportasi umum, dan larangan pertemuan lebih dari 5.000 orang hingga 31 Agustus mendatang.
Kendati demikian, mulai Senin (22/6), pemerintah mulai mencabut sejumlah pembatasan seperti aktivitas belajar mengajar di sekolah dan bioskop.
Semua anak dengan usia di atas 15 tahun wajib datang ke sekolah dengan menggunakan masker. Pihak sekolah juga wajib mengatur tempat duduk agar para siswa saling menjaga jarak.
Sementara, bioskop di seantero Prancis dibuka kembali dengan menerapkan pembatasan kapasitas menjadi 50 persen.
Sumber: Suara.com